SUPLAI JIWA KEPADA AKAL
Sadar ataupun tidak, kehidupan sehari-hari kita tidak lepas dari hal fisik dan metafisik. Imam Al-Manawi mengatakan :
فإذا تفرغ العقل والروح من أشغال النفس أبصر الروح وأدرك العقل ما أبصر الروح
“ Ketika aqal dan ruh kosong dari segala kesibukan nafsu, maka ruh akan aktif pandangannya, sehingga aqal akan mampu menangkap apa yang ditangkap oleh ruh “.
(Tuhfah Al-Ahwadzi bis Syarh Al-Jami’ Ash-Shaghir, Al-Mubarakfuri; 8/441)
Artinya pada saat jiwa manusia mampu melepaskan diri dari fisik dan segala materi, maka pada saat itulah manusia berhubungan dengan Tuhannya mejadi pribadi yang berakal cerdas, cemerlang dan terang.
Inilah tingkat ruh yang kelima yang dinamakan oleh imam Ghazali dengan Ar-Ruh Al-Qudsi atau Ar-Ruh An-Nabawi atau jika saya boleh sebut dengan spiritual metaphysics.
Kecerdasan spiritual yang mampu menyerap dan mencakup makna universal, sebab itu sering saya katakan dalam beberapa pelatihan bahwa manusia terdiri dari unsur alamul kholqi dan alamul amri, bisa juga kita katakan manusia terdiri dari hal yang fisik dan metafisik.
Sedangkan sains sampai saat ini masih bertahan kepada empiris suatu realitas yang indrawi saja.
Sehingga masih banyak sekali ahli matearilstik semisal kalangan dokter yang tidak mampu mengoabti sakit fisik maupun jiwa yang disebabkan penyakit metafisik.
Maka mereka mnyerahkannya kepada ahli-ahli kejiwaan dan bagi kaum awamnya akan datang kepada orang pintar, dukun, paranormal dan semisalnya.